Egosentrisme - PublicMagz

PublicMagz

Majalah Online Himanistik

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 06 Mei 2021

Egosentrisme




    Hallo sahabat publik... Sudah sering sekali kita mengecap seseorang yang memiliki ego yang tinggi. Keluarga, teman dekat, bahkan pasangan.  Namun kita juga sering lupa bahwa kita sendiri juga adalah manusia yang memiliki ego tinggi. Memangnya, apa sih ego itu?
    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Egosentrisme didefinisikan sebagai sifat dan kelakuan yang selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal. Sementara dalam kamus psikologi ( Kartono dalam Chaplin, 2008:160 ) mendefinisikan egosentrisme sebagai suatu hal yang menyangkut diri sendiri, yaitu keasyikan terhadap diri sendiri. Berdasarkan pengertian diatas ego berarti mengutamakan diri sendiri.  Ego merupakan bagian dari kepribadian kita. Sigmun Freud, seorang psikolog kenamaan, pernah mengatakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen utama : ide, ego, dan superego.
    Egosentrisme merupakan sifat yang cenderung lebih sering ditemukan pada diri anak-anak dan remaja, sedangkan orang dewasa lebih mudah untuk menyesuaikan diri bahkan mengoreksi pandangannya jika tidak sesuai dengan kondisi sekitarnya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang telah beranjak dewasa juga memiliki sifat egosentrisme. Ego adalah bagian dari identitas yang kita bangun sendiri dan bertujuan untuk mencari validasi dari orang sekitar. Semua keyakinan yang kita pegang teguh seputar prinsip, bakat, keterampilan/kemampuan pun turut membangun ego. Itulah sebabnya ego sering dikaitkan dengan rasa percaya diri.
SAHABAT PUBLIK, APAKAH EGOMU TINGGI?
Cara yang termudah untuk mengetahuinya ialah dengan memberikan salah satu dari pertanyaan berikut: 
       Apakah saya merasa lebih unggul dari orang lain?
       Apakah orang itu tidak lebih hebat dari saya?
       Apakah saya merasa minder terhadap orang lain?
    Jika kamu menjawab YA untuk salah satu pertanyaan diatas, maka kemungkinan bahwa egomu sedang menguasai pikiran.
    Merasa lebih unggul dari orang lain dan mementingkan diri sendiri tidaklah baik dan dapat berpengaruh buruk terhadap masa depan. Hal ini dikarenakan ego yang juga dapat bermain dalam pikiran kita, seperti ketika terjadi suatu masalah maka kita tidak ingin disalahkan melainkan orang lain lah yang harus disalahkan, sedangkan kita selalu dalam posisi yang benar. Ini tentu saja akan berpengaruh pada masa depan kita jika kita tidak bisa mengendalikan ego kita.  Seperti dalam perkuliahan, pada saat diskusi kelompok kita memberikan opini namun opini dari teman yang lain tidak dapat kita terima dan menganggap bahwa opini kitalah yang paling baik dan benar, hal ini akan membuat ilmu, kemampuan, dan wawasan kita menjadi tidak berkembang luas. Bahkan bisa saja dalam circle pertemanan kita akan dikucilkan dan tidak dihargai. 
    Egosentrisme berbeda dengan egoisme. Egosentrisme adalah seorang yang belum mampu untuk memahami pikiran orang lain. Sedangkan egois adalah ketika seseorang sudah mampu untuk memahami pikiran orang lain namun ia tidak mau untuk memahami orang lain. 
LALU SEPERTI APAKAH SEBENARNYA KEPRIBADIAN EGOSENTRIS ITU, SAHABAT PUBLIK? 10 CIRI BERIKUT ADALAH KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN EGOSENTRISME
1. Kepercayaan Diri yang Salah
Meskipun citra eksternal egosentris mungkin tampak seperti kepercayaan diri yang besar, kenyataannya berbeda. Orang egosentris sebenarnya seringkali tidak aman. Mereka memproyeksikan kepercayaan diri yang dibuat-buat dan tampak yakin akan semua yang mereka katakan, itulah sebabnya mereka dapat menjadi persuasif dan dapat bertindak seolah-olah mereka memiliki harga diri yang tinggi.
2. Harga Diri yang Berlebihan
Teramati bahwa mereka menghargai diri sendiri secara berlebihan. Namun, peneliti D.M. Svarkic berpendapat bahwa sikap ini mungkin menunjukkan hal yang sebaliknya: harga diri rapuh yang coba mereka kompensasi melalui upaya untuk dihormati, diakui, dan dikagumi oleh orang lain.
3. Perasaan Hebat
Orang yang egosentris percaya bahwa dia memiliki bakat dan kemampuan khusus yang hebat. Ia menganggap rendah orang disekitarnya.
4. Ambisi dan Ekspektasi yang Berlebihan
Sebagai hasil dari perasaan mereka yang hebat, orang-orang yang egois dapat terus-menerus fokus pada fantasi mereka tentang kekuasaan, kesuksesan, cinta, dan sebagainya.
5. Distorsi Realitas
Orang egosentris hanya menerima kenyataan yang sesuai dengan impiannya tentang keagungan. Mereka cenderung tidak percaya atau hanya menolak aspek-aspek kehidupan mereka yang mempertanyakan prestise (wibawa) dan citra mereka sebagai orang yang sempurna dan mengagumkan.
6. Tidak Mampu Mengenali Perasaan Orang Lain
Manifestasi yang buruk dari perasaan dan sikap afektif terhadap orang-orang di sekitar mereka (menunjukkan kepekaan akan membuat mereka merasa rendah diri) kontras dengan kebutuhan egosentris untuk dikagumi, disanjung dan dihormati. Mereka tidak terlalu peka terhadap orang lain.
7. Kesulitan Dalam Menilai Karakteristik Pribadi Orang-Orang Di Sekitar Mereka
Poin ini menghasilkan kurangnya komitmen, empati, dan kasih sayang antara orang egosentris dan kerabat mereka.
8. Bereaksi Secara Berlebihan Terhadap Kritik Yang Diterima
Meskipun mungkin tidak mengungkapkannya secara langsung, individu dengan kepribadian egosentris sangat mungkin merasa tersinggung oleh kritik apa pun (Kohut, 1972). Dia menganggap bahwa orang lain tidak memiliki level atau otoritas yang cukup untuk menghakiminya, dan bahwa kritik itu mungkin karena rasa iri yang dia bangkitkan. Mereka cenderung sangat rentan.
9. Membandingkan Dirinya dengan Orang Lain dan Merasa Iri
Mereka khawatir tentang merasa dihargai lebih baik dari orang lain. Secara tidak langsung, orang yang egosentris mengungkapkan perasaan iri karena tidak mampu menerima kesuksesan orang lain. Mereka juga tidak dapat menerima bantuan orang lain.
10. Eksibisionisme
Kepribadian egosentris juga terwujud dalam sikap tertentu seperti motivasi untuk senang disanjung dan dikagumi. Hal ini sering terlihat dalam keinginan yang berlebihan untuk mengharapkan penghargaan dengan pujian dari orang lain, serta kebutuhan akan perhatian yang berkelanjutan. Untuk alasan ini, mereka cenderung menunjukkan kecenderungan besar untuk menduduki posisi reaksi publik, dimana mereka dapat menjadi objek perhatian dan kekaguman (Akhtar dan Thompson, 1982).
Lalu apa yang kita lakukan untuk menyikapi kepribadian egosentrisme ini?
MENGENDALIKAN EGO YANG TINGGI
    Pada dasarnya ego tidaklah selalu negatif melainkan bisa menjadi suatu hal positif apabila kita mampu mengendalikannya. Adapun cara mengendalikan ego yang tinggi sebagai berikut:
  1. Memahami Bahwa Hidup Adalah Proses.
    Ego tidak peduli dengan proses, karena yang dipikirkan adalah bagaimana caranya supaya dapat mencapai apa yang diinginkan dan bisa mengungguli orang lain. Kata proses berarti ada tahap-tahap yang dilalui sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas yang kita lakukan. Banyak pelajar/mahasiswa yang mengambil jalan pintas dalam mengerjakan tugas, tugasnya memang tercapai dan nilai didapat juga baik namun pencapaian kita semuanya akan terasa tidak “wah/istimewa” dikarenakan kamu tidak melalui yang namanya “proses”. Maka dari itu, atasi ego kamu dengan menikmati setiap proses dalam hidup dan berusaha sebaik-baiknya.
                      
  1. Kurangi Berpikiran “Bagaimana Jika” Atas Sesuatu yang Telah Terjadi.
    Kita harus menyadari bahwa tidak segalanya dapat berjalan sesuai apa yang kita inginkan. Ada kalanya sesuatu yang terjadi adalah kebalikan dari yang kita inginkan dan mungkin itulah jalan terbaik untuk kita saat ini. Menyesali hal yang tidak sesuai ekspetasi kita terlalu dalam hanya akan membawa ego-ego negatif lainnya muncul. Kita hanya perlu mengingat bahwa apa yang kita inginkan tidak selalu apa yang kita butuhkan. Jadi seandainya kita mengalami suatu hal yang tidak sesuai keinginan, kita pasti akan berpikir secara realistis dan menerima kenyataan yang ada.
 
3.      Jangan Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
    Ego adalah hasrat dalam diri untuk selalu membandingkan kelayakan diri sendiri dengan orang lain. Jika pencapaian kita dirasa tidak sesukses dengan orang lain, ego akan menghukum dan membuat kita merasa rendah dan tidak berguna. Sebaliknya, jika dalam suatu prestasi kita berhasil dan mengalahkan orang lain, ego akan membuat kita percaya bahwa kita lebih unggul dan tak terkalahkan. Namun satu hal yang perlu diketahui, manusia adalah individu yang unik yang tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Mungkin saja teman kita lemah di mata kuliah A, dan kita unggul di mata kuliah tersebut. Namun bisa saja pada mata kuliah B kita lemah dan teman kita yang unggul. Jadi setiap orang punya potensi dibidangnya masing-masing tidak dapat dibandingkan. Maka dari itu tetaplah menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
4.      Ketahui Motivasi Diri Sendiri
    Ketika mencapai keinginan kita harus tahu apa yang mendorong kita melakukan hal tersebut. Kita melakukan hal tersebut hanya ikut –ikutan teman atau memang ingin menambah wawasan dan mendapatkan pembelajaran berharga yang penting untuk bekal hidup.  Namun perlu dipahami bahwa untuk mendapatkan membelajaran atau makna hidup haruslah melalui yang namanya sebuah proses meskipun kita gagal.
5.      Berlatih Untuk Memaafkan dan Ikhlas
Cara yang paling ampuh untuk belajar melepaskan ego adalah menjadi pribadi yang pemaaf. Belajarlah memaafkan orang-orang yang menyakiti kita dan yang terpenting belajar untuk memaafkan diri sendiri. Mengikhlaskan artinya menerima kenyataan dan berdamai dengan keadaan yang tidak sesuai harapan.
 
    nah sahabat publik... Jadi, egosentrisme cenderung mementingkan diri sendiri, memiliki keinginan untuk mementingkan pribadi, kurang peka terhadap sosial dan merasa paling benar dalam mengungkapkan pendapat. Namun pada dasarnya ego tidaklah selalu negatif melainkan bisa menjadi suatu hal positif apabila kita mampu mengendalikannya. Nah, bagaimana nih, Sahabat Publik? Apakah kamu memiliki ciri-ciri tersebut?

1 komentar:

  1. The post implies that egocentrism may be more prevalent in certain cultural or social contexts. Are there cultural factors or societal norms that either exacerbate or mitigate egocentric tendencies? Regard Telkom University

    BalasHapus

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here